Responsive Ads Here

Search

ARYS

ARYS
Ahmad Rifa'i Yogyakarta Site
Powered By Blogger

Jumat, 18 Maret 2016

Biografi sosok Sri Sultan Hamengkubuwono VII

Biografi Sri HAMENGKUBUWONO VII


Nama aslinya adalah Raden Mas Moertejo,  Putra tertua dari Sri Hamengku Buwono VI yang lahir pada tanggal 4 Februari 1839.  Ia naik tahta menggantikan ayahnya sejak tahun 1877.
          Pada masa pemerintahan Hamengkubuwono VII,  banyak didirikan pabrik gula di Yogya yang seluruhnya berjumlah 17 buah.  Setiap pendirian pabrik memberikan peluang kepadanya untuk menerima dana sebesar Rp.  200. 000.  Hal ini mengakibatkan sultan sangat kaya sehingga dijuluki Sultan Sugih.
Masa pemerintahannya juga merupakan masa transisi menuju modernisasi di Yogya.  Banyak sekolah modern didirikan.  Ia bahkan mengirim putra-putranya belajar hingga ke Negeri Belanda.
          Pada tanggal 29 Januari 1920 Hamengkubuwono VII yang saat itu berusia lebih dari 80 tahun memutuskan untuk turun tahta dan mengangkat Putra Mahkota, RM Soejadi sebagai penggantinya.  Konon peristiwa ini masih dipertanyakan keabsahannya karena Putra Mahkota (GRM Akhaddiyat) yang seharusnya menggantikan tiba-tiba meninggal dunia dan sampai saat ini belum jelas penyebab kematiannya.
Dugaan yang muncul ialah keterlibatan pihak belanda yang tidak setuju dengan putra mahkota pengganti Hamengkubuwono VII yang terkenal selalu menentang aturan-aturan yang dibuat pemerintah Batavia.
          Biasanya dalam pergantian tahta raja kepada putra mahkota ialah menunggu sampai sang raja yang berkuasa meninggal dunia.  Namun kali ini berbeda karena pengangkatan Hamengkubuwono VIII dilakukan pada saat Hamengkubuwono VII masih hidup,  bahkan menurut cerita masa lalu sang ayah diasingkan oleh anaknya pengganti Putra Mahkota yang wafat di Keraton keluar keraton Yogyakarta.
          Hamengkubuwono VII berbesar hati mengikuti kemauan sang anak (yang dalam istilah Jawa disebut sebagai Mikul Dhuwur mendhem jero) yang secara politis telah menguasai kondisi di dalam pemerintahan Kerajaan.  Setelah turun tahta Hamengkubuwono VII pernah mengatakan ''Tidak pernah ada Raja yang mati di keraton setelah saya''  yang artinya masih dipertanyakan.  Sampai saat ini ada dua raja setelah dirinya yang meninggal diluar keraton,  yaitu Hamengkubuwono VIII meninggal di tengah perjalanan diluar kota dan HB IX meninggal di AS.  Sementara Hamengkubuwono VII meninggal di Keraton pada tanggal 30 Desember 1931 dan dimakamkan di Imogiri.
          Versi lain mengatakan bahwa Hamengkubuwono VII meminta pensiun kepada Belanda untuk madeg pandito (menjadi pertapa) di Pesanggrahan Ngambarukmo (sekarang Ambarukmo).  Sampai saat ini bekas pesanggrahan itu masih ada dan di sebelah timurnya dulu pernah berdiri hotel Ambarukmo yang sekarang sudah tidak ada lagi. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar